Friday, January 12, 2018

Analisa Bisnis Cokelat Monggo




Analisa Binis Cokelat Monggo


Mata Kuliah : Business & Management 








I.                   Latar Belakang Cokelat Monggo

Berbicara tentang Yogyakarta tidak lepas dari beberapa makanan dan oleh-oleh khasnya, seperti gudek dan bakpia. Selain 2 jenis makan tersebut yang sudah lama dikenal masyarakat luas, kini Yogyakarta memiliki oleh-oleh khas baru, yaitu Cokelat Monggo. Cokelat Monggo adalah perusahaan cokelat pertama di Yogyakarta yang telah didirikan sejak tahun 2005.
Awal mula berdirinya Cokelat Monggo adalah ketika pada tahun 2001 seorang pria berkebangsaan Belgia, Thierry Detournay, datang ke Indonesia khusunya Yogyakarta untuk mengajar bahasa Prancil di Universitas Gajah Mada. Selama tinggal di Yogyakarta dia merasa kecewa karena kurangnya cokelat berkualitas di toko-toko padahal Indonesia adalah penghasil kakao terbesar ke-3 di dunia, kemudian dia mencoba untuk membuat cokelat yang berkualitas dengan sumber daya dan modal yang terbatas.[1] Dengan modal yang dimilikinya, dia mempunyai ide untuk membuka sebuah toko namun mengalami kegagalan. Tidak lama kemudian dia bertemu Edward Riyanto dan mereka sepakat untuk memproduksi cokelat bersama dan akhirnya mendirikan CV. Anugerah Mulia. Cokelat pertama hasil produksi perusahaan tersebut adalah parline bermerek “Cacaomania”. Karena mereka menganggap nama tersebut terlalu umum akhirnya mereka menggantikan dengan nama yang mudah diingat, unik dan menggambarkan budaya Yogyakarta, yaitu cokelat “Monggo”.

II.                Bisnis Cokelat Manggo
Dengan keinginan awal Thierry untuk dapat menciptakan cokelat yang berkualitas, akhirnya dia berhasil menghadirkan Cokelat Monggo yang berkualitas internasional dan membawa nilai budaya Yogyakarta yang diproduksi secara homemade.  Dalam usahanya, Thierry juga memberdayakan warga sekitar Kota Gede Yogyakarta, khususnya para ibu-ibu.
Sebelum sebuah perusahaan memulai proses produksi, hal pertama yang penting untuk dilakukan adalah menentukan metode yang tepat untuk mentransformasi atau mengolah bahan baku menjadi sebuah prodaUntuk menciptakan Cokelat Monggo berkualitas internasonal maka harus melalui beberapa proses yang telah distandarisasi.  Berikut adalah proses produsi Cokelat Monggo:
1.         Pohon dan Biji Kakao
Pada awalnya orang-orang Belanda membangun sebuah fasititas perkebunan kakao yang hingga saat ini menjadi sebuah produksi yang besar. Buah kakau dapat dipeting sepanjang tahun, namun ada musin tertentu yang akan menghasilkan panen terbesar. Pemetikan harus dilakukan dengan hati-hati karena  pohonnya tidak terlalu kuat dan akarnya lunak. Setelah pemetikan, buah kakao dikumpulkan dan kemudian dilakukan pengupasan untuk mengumpulkan biji kakau.
2.         Fermentasi dan Pengeringan
Proses fermentasi dilakukan dengan cara meletakkan biji kakao dalam keranjang yang dan ditutup daun pisang. Proses tersebut dilakukan untuk menghilangkan rasa pahit dan memperkuat rasa cokelat dari biji kakao. Setelah proses fermentasi, selanjutnya dilakukan pengeringan dengan menjemur biji kakao di luar ruangan. Berat standar satu buah kakao yang telah dijemur adalah 55 g.
3.         Pemanggangan dan Penggilingan
Biji kakao kering yang berkualitas selanjutnya diolah. Proses pengolahan dimulai dengan memasukkan biji kakao kedalam mesin pembersih guna membersihkan dan memisahkan kulit dari daging biji. Selanjutnya biji kakao dikeringkan dengan mesin selama 30 menit sampai 2 jam. Kemudian biji dikeringkan dan dibersihkan dari sisa kulit luarnya.
4.         Cokelat yang dapat dimakan
Untuk pembuatan bubuk cokelat, lemak nabati atau mentega kakao akan dihilangkan. Sedangkan untuk membuat cokelat yang dapat dimakan lemak nabati justru akan ditambahkan dengan kadar minimal 25% untuk menghasilkan kualitas tinggi. Proses selanjutnya adalah mencampur kakao massa, mentega kakao, gula, dan perasa sehingga menghasilkan pasta cokelat yang halus. Setelah penghalusan, cokelat dipanaskan, didingingkan, dan dipanaskan kembali (tempering process) sesuai dengan pengaturan suhu. Selanjutnya cokelat dimasukkan kedalam cetakan dan dimasukkan kedalam mesin pendingin. Dan akhirnya cokelat dilepaskan dari cetakan, dikemas lalu dipasarkan kepada konsumen.
Pada hakikatnya inti dari manajemen operasi adalah proses transformasi dimana sebuah input (sumber daya seperti karyawan, material, uang, dan energi) diubah menjadi output (barang, jasa, dan ide).[2] Dalam hal ini Cokelat Monggo memulai proses produksinya dari tahap awal penanaman pohon kakao, kemudian proses pemanenan, selanjutnya proses transformasi yaitu mengolah biji kakao, dan akhirnya jadilah output berupa Cokelat Monggo yang berkualitas.
Strategi pemasaran Cokelat Monggo dapat dikatakan berbeda dengan cokelat yang lain. Meskipun dia tidak pernah beriklan terkait produknya, Cokelat Monggo bisa mempunyai hasil penjual yang bagus. Hal tersebut didukung oleh beberapa hal, pertama, Cokelat Monggo memiliki jangkauan penjualan yang luas bahkan hingga pasar moderen. Kedua, harga produknya tergolong premium. Ketiga, kegiatan promosi lebih banyak melalui pameran dan program bagi-bagi sampel cokelat gratis di gerai-gerai tertentu. Keempat, perusahaan memanfaatkan event seperti Lebaran, Natal, Halloween, dan Valentine dengan membuat produk khusus. Kelima, perusahaan menggunakan media online untuk memperkenalkan produknya di website miliknya. Dan yang terakhir, proses produksi berlangsung terbuka sehingga konsumen dapat melihat dan proses yang digunakan masih tergolong manual.
Menurut Farrell, strategi promosi dalam bauran promosi ada 4 cara, yaitu advertising, publicity, personal selling, dan sales promotion. Iklan adalah bentuk komunikasi non personal berbayar melalui media masa seperti iklan ditelevisi, majalah atau iklan online yang bertujuan untuk merangsang pembeli. Berbeda dengan iklan, pubicity  adalah bentuk komunikasi nonpersonal melalui media masa namun tidak secara langsung dibayarkan oleh perusahaan. Hal tersebut biasanya berupa cerita dari sebuah produk atau perusahaan yang terdapat di majalah atau koran. Personal selling adalah bentuk promosi yang dilakukan melalui komunikasi dua arah antara penjual dan calon pembeli. Sales promotion melibatkan bujukan langsung yang menawarkan nilai tambah atau insentif lain seperti memberikan sampel kepada pembeli sehingga dapat tertarik untuk membeli produk tersebut.[3]
Dalam hal ini Cokelat Monggo menggunakan strategi promosi sales promotion. Dia mengikuti pameran-pameran dan program bagi-bagi sampel graris di gerai-gerai tertentu. Dengan cara demikian selain dapat megenalakan produknya, Cokelat Monggo juga dapat menjelaskan nilai-nilai produknya. Strategi tersebut sangat efektif untuk menjangkau pasar premium. Hal tersebut telah dibuktikannya dengan hasil penjualan yang meningkat dan telah dimilikinya 3 gerai untuk premium class di The Foodhall Plaza Senayan, The Foodhall Senayan City dan Grand Indonesia.
Tujuan Cokelat Monggo tidak semata-mata dapat menghasilkan profit yang tinggi. Tujuan awal berdirinya Cokelat Monggo adalah untuk dapat memproduksi cokelat berkualitas dan bertanggung jawab terhadap dampak-dampak yang akan timbul untuk masyarakat dan lingkungan sekitar. Karena Indonesia menyediakan sumber daya cokelat maka dia bertekat untuk menjaga lingkungan. Beberapa cara yang perusahaan adalah pertama penggunaan air. Dalam memproduksi cokelat, perusahaan menggunakan air dengan seefisien mungkin. Selain itu sebagai industri rumahan, Cokelat Monggo juga melakukan penghematan energi dengan tidak terlalu banyak menggunakan mesin dan juga menyediakan lapangan pekerjaan. Karena lingkungan produksi terisolasi dengan baik sehingga dapat mengurangi penggunaan AC. Hal lain yang dilakukan adalah dengan mengururangi penggunaan plastik dalam pengemasannya dan yang digunakan adalah plastik yang dapat didaur ulang. Perusahaan juga berencana melakukan penanaman lebih banyak lagi pohon kakao. Dan masih banyak lagi yang dilakukan perusahaan dalam menjaga lingkungan.

III.             Analisa Bisnis Cokelat Monggo

Sejak awal berdirinya pada tahun 2005, saat ini Cokelat Monggo telah berekspansi dengan memiliki hampir 150 karyawan di kantor pusat Yogyakarta, Jakarta, dan Surabaya.[4] Saat ini Cokelat Monggo pun telah dijual di 4 kota besar di Indonesia, yaitu Yogyakarta, Bali, Jakarta, dan Surabaya. Thierry dan manajemennya masih masih ingin memperluas jaringan bisnisnya di Indonesia  dan juga memperkenalkan cokelat khas Indonesia ke luar negeri.
Mekipun telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, Thierry khawatir akan bisnis yang dijalaninya. Hal tersebut dikarenakan dia menghadapi para pesaing yang sudah memiliki nama besar, seperti Silver Queen, DairyMilk, dan lain-lain. Dengan munculnya banyak pesaing baik dari produk cokelat lokal Yogya maupun cokelat asing yang sudah banyak tersedia di berbagai supermarket, Thierry pun ragu dengan sendirinya akan strategi dan model bisnis Cokelat Monggo miliknya.
Strategi dan model bisnis yang dimiliki oleh Cokelat Monggo sudah bagus. Mereka tidak perlu mengubahnya hanya mungkin ada beberapa hal yang perlu diperbaiki dan ditambahkan agar produk cokelatnya tetap sustainable di pasarnya dan dapat meraih pangsa pasar lebih luas. Cokelat Monggo adalah bisnis yang tidak hanya mencari profit untuk perusahaannya, namun Thierry mengedepankan “berintegrsi dan berinteraksi” dengan masyarakat.
Alternatif yang dapat dilakukan perusahaan adalah  bekerjasama dengan petani kakao dan memastikan bahwa hasil buah kakao adalah buah organik. Kemudian perusahaan bisa memproses pembuatan setifikat organik untuk bahan baku yang digunakannya. Strategi lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengikuti pameran-pameran besar bahkan yang ada di luar negeri agar Cokelat Monggo dikenal di pasar internasional. Kemasan dari Cokelat Monggo sudah cukup baik untuk memperkenalkan nilai-nilai daerah ke masyarakat luas. Desain yang digunakan sesuai dengan lokasinya, jika di Bali maka mereka tidak lagi menggunakan gambar wayang atau ciri Yogya, mereka menggunakan desaian yang disesuaikan dengan kebudayaan Bali. kesuksesan sebuah perusahaan makanan organik juga salah satunya karena kemasan produknya. Javara mencantunkan proses pembuatan produknya yang sehat.[5] Selain desain budaya pada kemasannya, akan lebih baik lagi jika Cokelat Monggo mencantumkan proses produksinya yang bersih dan sehat, meskipun masyarakat sudah dapat melihat langsung prosesnya.
Permasalahan yang dihadapai Cokelat Monggo seperti yang telah diutarakan oleh Thierry bahwa ada kekhawatiran terhadap produknya karena banyak muncul pesaing cokelat lokal baru dan cokelat luar yang telah banyak dijual di swalayan. Theirry dan Edward bertanggung jawab penuh atas strategi-strategi yang akan mereka jalankan untuk memperluas bisnis Cokelat Monggo dan menghadapi persaingan pasar. Cokelat Monggo akan tetap bertahan di pasarnya dan bahkan dapat lebih luas lagi jika mereka tetap menjaga kualitas, tetap menanamkan nilai disetiap produknya, serta mengikuti pameran-pameran besar.
Beberapa alternatif di atas sangat mungkin untuk dilakukan oleh Cokelat Monggo. Meskipun biaya yang akan dikeluarkan besar, namun hal tersebut tidak akan membuat kerugian. Hal tersebut telah dibuktikan oleh sebuah perusahaan makanan organik, Javara. Javara melakukan kerjasama dengan para petani agar dapat menjaga kualitas dan stok bahan baku,  serta dapat memberikan keuntungan bagi para petani.[6]






Referensi:


[2] Ferrell, O.C., Hirt, G. A., and Ferrell, L. (2018). Business Foundations: A Changing World. 11th Edition, McGraw-Hill, New York. (FHF), hal. 235
[3] Ibid., hal 382
[6] https://klasika.kompas.id/strategi-tembus-pasar-internasional-versi-pendiri-javara 

Tuesday, December 8, 2015

Trip ke Yogyakarta ala Backpacker

Mau berlibur ke Jogja tapi uang pas-pasan??


Ini adalah acara jalan-jalan gue dan teman-teman kelas gue yang bisa dibilang dadakan dan serba menimalis. Soalnya saat akan memasuki semester 8 yang berarti mengharuskan kita untuk menjalankan praktek mengajar atau disebut Program Profesi Keguruan Terpadu (PPKT) yangmana kita akan berjuang menghadapi berbagai sifat siswa, maka kita berniatan untuk me-refresh otak terlebih dahulu, yaitu ngebolang ke Jogja. Gue dan 14 teman lainnya sepakat untuk naik kereta ekonomi. Beberapa teman cowok pergi ke setasiun Tanah Abang, dan akhirnya dapat 15 tiket untuk kereta tujuan Kutoarjo dengan harga yang sangat murah pada saat itu @Rp.28.000,-. Kita pilih tujuan Kutoarjo karena kita akan menginap ke salah satu sodara temen gue yang disana. 
Tanggal 2 Feb 2012 jam 5 pagi kita berangkat dari Ciputat dengan sewa angkot ke Tanah Abang kurang lebih Rp.100.000 ongkosnya. Kereta berangkat jam 06.30 wib dan kita sampai stasiun Kutoarjo jam 14.30 wib. Walaupun ekonomi tapi lumayan lah keretanya, gak panas dan gak terlalu bererisik juga.


Dari setasiun kita nunggu dijemput sama saudara teman kita. Akhirnya kita semua sampai di rumah Pakde (sodara temen gue) kurang lebih jam 16.30. Selanjutnya kita istirahat, mandi, makan, sholat. Setelah magrib baru kita diskusi sama Pakde soal sewa mobil dan tujuan kemana aja. Dan akhirnya kita dapat mobil elf dari teman Pakde seharga Rp.500.00 untuk 24 jam, lumayan murah.



Keesokan harinya mobil sudah ada dirumah dari jam 6 pagi dan kita berangkat jam 7. Tujuan pertama adalah Candi Borobudur, lumayan jauh dari rumah pakde -+ 1.5jam. Sesampainya di Borobudur langsung beli tiket masuk saat itu @Rp.30.000. Di pintu masuk disediakan kain yang wajib kita pake saat memasuki area candi, ini free. Di sini hanya candi aja yang kita lihat (ada bagian-bagian tertentu yang tidak boleh tersentuh oleh tangan apalagi diduduki), tapi di pintu keluar banyak orang berjualan asesoris, yang gue bilang harganya sih lumayan mahal klo dibandingan sama harga di pasar Asemka Jakarta, selain itu ada kaya pasar kecil gitu yang jualan baju-baju khas Jogja. Untuk harga makanan/minuman harganya masih wajar kok, tenang aja gak kaya harga makanan di Dufan.hehehe. 

Dari Candi Borobudur kita langsung ke Keraton Jogja, tiket masuk hanya Rp.3000,-tapi sayang saat itu sedang tutup jadi kita hanya bisa lihat pendopo-pendopo luarnya saja. Kurang lebih satu jam kita disini, lanjut lagi..bapak supir yang gokil ngajak kita untuk melihat tempat pembuatan bakpia yang gak jauh dari keraton..nah ini waktunya berburu oleh-oleh. Namanya Bakpia Patuk 77, selain enak ternyata pembuatannya pun juga sangat bersih. Harga bakpia ada dari 20rb - 35rb, selain bakpia disini jg jual berbagai jajanan lain.  

Selanjutnya kita diajak ke tempat belanja baju...yaitu ke pasar Bringharjo.Karena sampai sana udah jam 5 sore, maka kita cari musolah dulu untuk sholat asar. Sayang setelah kita masuk ke pasar itu udah banyak yang tutup, tapi kita masih dapat kaos samaan yang lumayan bagus. Disini walaupun beli banyak harganya tetep 30rb. Karena belum puas dengan pasar tadi, kita lanjut ke Malioboro, disini banyak aneka batik walau sebenernya sama aja kalo belanja di pasar Tanah Abang. Menunggu yang lain belanja, sebagian dari kita makan di Angkringan. Menurut gue klo harga sama aja sama di Jakarta, cuma disinin ada yang beda yaitu Kopi Joss, rupanya Kopi Joss tu kopi hitam biasa lalu dimasukin bara/arang. 

Saat itu waktu menujukkan jam 11 malam, karena belum pada ngantuk pak supir pun ngajak kita ke Alun-alun Yogya. Meskipun tengah malam dan gerimis rupanya tempat ini masih sangat ramai. Disini kita nyobain sepeda hias kemudian kita balapan dengan orang-orang yang ada disitu, harga sewanya lupa berapa. Satu sepeda untuk 6 orang. Setelah mecoba sepeda dan tantangan melewati diantara dua pohon beringin besar dengan mata tertutup, kita memutuskan untuk pulang. Dalam perjalanan pulang kita, pak supir menawarkan untuk makan bakmi jawa dan kita pun setuju. Selanjutnya kita pun pulang ke rumah pakde lagi dan sepanjang perjalanan pulang hampir seluruh teman gue termasuk gue tidur pulas di mobil, kita sampe rumah pas subuh. Benar-benar 24jam yang seru.





Liburan kami pun belum selesai sampai disitu. Setelah kami bersih-bersih dan sholat subuh, kami tidur sampai jam 9/10an pagi. Petualangan pun kami lanjutkan. Setelah pakde dan bude pulang kerja jam 12an siang, kami pun siap-siap meluncur ke Pantai, walaupun kami tak tahu nama pantainya. :D Sebagian dari kami berangakat ke pantai naik mobil pakde, dan sebagian naik motor.Kurang lebih 30 menit perjalanan menuju pantai tersebut. Sesampainya disana kami hanya main di pinggir pantai dan foto-foto. Air dan pasir pantai itu tidak terlalu bersih. Rupanya pantai disitu adalah tempat singgah beberapa nelayan..emm..pantas saja... Setelah kurang lebih 2 jam kami main di pantai, kami pun bersih-bersih dan kembali ke rumah.




Sabtu sore pukul 17.00 WIB saatnya kami mengucapkan salam perpisahan dan terima kasih ke pakde dan bude. Sebelum pulang lagi-lagi kami merepotkan pakde dan bude, kami diantarkan ke pos mobil yang menuju Jakarta. Yup...kami pulang tidak naik kereta karena sudah kehabisan tiket. Saran buat teman-teman jika pulang pergi mau naik kereta, sebaiknya ketika beli tiket sekalian tikrt PP, pulang pergi. Saat itu kami naik bus Solo - Jakarta dengan tiket @Rp 70.000. Bus pun datang, dan tepat pukul 18.00 WIB bus berangkat menuju Jakarta. Rupanya naik bus pada malam hari lumayan memacu adrenalin, jalan berlika-liku, banyak tikungan tajam, tanjakan dan turunan, dan jalan yang gelap. Sebenarnya kalau ada pilihan, gue memilih untuk naik kereta. hehehe
Setelah kurang lebih 12 jam perjalanan kami pun sampai ke pool bus Lebak Bulus. Alhamdulillah kami sampai Ciputat dengan selamat. Demikian cerita perjalanan gue dan teman-teman PBI ekstensi 2008 kelas B Ciputat - Jogja - Ciputat. Total biaya yang kami keluarkan lumayan sedikit karena tidak perlu membayar sewa rumah dan makan pun disediakan *sungguh orang yang sangat baik pakde dan bude itu, gue dan teman-teman patungan mau kasih uang tapi mereka menolak. Biaya yang kami keluarkan untuk ongkos, makan, dan oleh-oleh adalah sekitar Rp 300.000 - Rp 400.000. 




Saturday, December 13, 2014

Tak Selamanya Kopi Berdampak Negatif



Banyak orang yang memiliki hobi minum kopi, baik untuk menemani saat kerja dikantor, nonton TV, ngemil, menghilangkan rasa kantuk, atau bahkan hanya untuk sekedar memuaskan lidah. Terkadang bagi coffee lovers, termasuk saya, sehari tanpa meminum secangkir kopi seperti ada hal wajib yang tidak dilakukan di hari itu. Namun, meskipun banyak orang penggemar kopi, tidak sedikit pula orang yang mempunyai masalah atau takut saat minum kopi. Mereka berpikir kopi memiliki dampak negatif untuk kesehatan badan. Ya, mungkin memang benar untuk beberapa orang kopi memiliki efek yang kurang baik, namun, tidak selamanya kopi berdampak negatif. Berikut artikel dari health.kompas.com yang menjelaskan perlunya minum kopi.
5 Alasan Perlu Minum Kopi
Bramirus Mikail | Asep Candra | Senin, 30 Januari 2012 | 13:52 WIB

KOMPAS.com - Untuk beberapa orang, meminum segelas kopi dapat menjadi cara ampuh untuk menghilangkan rasa kantuk atau pun hanya sekedar untuk memuaskan hobi. Tetapi sayangnya, kopi juga tidak pernah lepas dari isu negatif. Beberapa riset mengatakan bahwa kopi dapat menyebabkan kecemasan dan insomnia pada beberapa orang.
Tetapi di balik itu semua, kopi sesungguhnya juga memiliki manfaat sebagai penunjang kesehatan. Beth Reardon, direktur nutrisi dari Duke Integrative Medicine mengatakan bahwa, kopi mengandung senyawa antioksidan penting lebih kuat dari sumber lainnya, seperti buah-buahan dan sayuran. Berikut adalah lima alasan terbaik mengapa Anda harus minum kopi :

1. Memangkas risiko diabetes tipe 2.

Berbagai riset menunjukkan, semakin sering seseorang minum kopi, semakin kecil pula kemungkinan mereka terkena diabetes tipe 2. Sebagai contoh, wanita pascamenopause yang minum setidaknya empat cangkir kopi sehari lebih mungkin terhindar dari penyakit diabetes tipe 2, menurut sebuah studi para peneliti UCLA School of Public Health and Medicine yang melibatkan lebih dari 700 perempuan pada 2011.

Bahkan, para ahli di Australia yang mempublikasikan penelitiannya dalam Archives of Internal Medicinemencatat, setiap tambahan satu cangkir kopi dapat mengurangi risiko diabetes tipe 2 sebesar 7 persen.

2. Melindungi kerusakan akibat sel kanker

Dalam riset terdahulu, kopi pernah "dituduh" sebagai penyebab kanker. Namun temuan itu tidak terbukti kebenarannya, karena dalam riset peneliti tidak memperhitungkan faktor pencetus lainnya seperti alkohol dan merokok. Tetapi kini, ada bukti bahwa kopi dapat melindungi terhadap kanker tertentu, dengan meningkatkan perbaikan DNA.

Beberapa studi telah menemukan hubungan terbalik antara konsumsi kopi dan risiko kanker hati. Bahkan pada tahun 2011, misalnya, peneliti dari Harvard menemukan bahwa perempuan yang minum beberapa cangkir kopi sehari (berkafein atau decaf) memiliki risiko lebih rendah terkena kanker endometrium. Studi lain juga melaporkan bahwa pada pria yang mengkonsumsi enam cangkir kopi sehari, mempunyai risiko lebih kecil menderita kanker prostat, yakni sebesar 60 pesen.

Studi-studi lainnya juga telah mengaitkan minum kopi dengan penurunan risiko kanker usus, kanker dubur, kanker mulut, dan kanker esofagus.

3. Menurunkan risiko demensia

Para ilmuwan sejauh ini tidak sepenuhnya memahami apa yang menyebabkan perubahan otak terkait dengan perkembangan penyakit Alzheimer. Tapi mereka belajar lebih banyak tentang faktor risiko demensia - dan kebiasaan minum kopi terlihat memiliki pengaruh dalam menurunkan risiko demensia.

Peneliti asal Swedia dan Denmark telah melacak dampak konsumsi kopi pada 1.400 orang paruh baya selama rata-rata 21 tahun. Mereka menemukan hubungan yang jelas bahwa peserta yang minum 3-5 cangkir kopi sehari memiliki risiko lebih rendah mengembangkan demensia (65 persen).

4. Melindungi terhadap penyakit Parkinson

Untuk pria, tampaknya jelas bahwa kopi membantu menurunkan kemungkinan mengidap penyakit Parkinson. Mereka yang minum kopi sekitar 2-3 gelas sehari memiliki risiko 25 persen lebih rendah mengidap Parkinson ketimbang yang tidak sama sekali. Temuan tersebut merupakan hasil kesimpulan dari 26 penelitian yang melihat hubungan antara konsumsi kopi dan Parkinson. Tetapi, peneliti ini belum melihat hubungan yang kuat pengaruh minum kopi untuk perempuan.

5. Mencegah depresi

Para peneliti di Harvard School of Public Health melacak 50.000 perawat dalam Nurses Health Studyselama lebih dari seperempat abad. Pada tahun 2011, peneliti melaporkan bahwa mereka yang minum empat cangkir kopi atau lebih per hari memiliki risiko 20 persen lebih rendah untuk mengalami depresi, dibandingkan dengan mereka yang jarang atau tidak pernah minum kopi. Sementara, mereka yang menenggak dua sampai tiga cangkir sehari memiliki risiko 15 persen lebih rendah mengalami depresi.